Provinsi Riau memiliki berbagai wisata religi, budaya maupun sejarah. Beberapa wisata religi, budaya, dan sejarah yang terkenal dari daerah Riau di antaranya :
Upacara Bakar Tongkang di Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir
Upacara Bakar Tongkang yang merupakan upacara
tradisional masyarakat Tionghoa berlokasi di Bagansiapiapi adalah wisata budaya unggulan Provinsi
Riau dari Kabupaten
Rokan Hilir (Rohil)
dan telah menjadi wisata nasional bahkan terkenal hingga internasional.
Perayaan Imlek di Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti
Acara Perayaan Imlek memang sudah menjadi
bagian dari tradisi di Kota Selatpanjang. Hampir setiap tahun perayaan Imlek di
kota ini dirayakan sangat meriah bahkan juga termasuk Perayaan Imlek yang
paling meriah di kawasan Provinsi Riau. Apalagi pemerintah daerah Kabupaten
Kepulauan Meranti juga sudah menjadikan ivent perayaan Imlek sebagai salah satu
aset wisata tahunan yang masuk kedalam Kalender Wisata Riau. Puluhan ribu orang
baik dari dalam maupun luar Selatpanjang, bahkan wisatawan dari luar negeri
seperti Singapura, Malaysia, Hongkong, China, Taiwan, akan membanjiri
Kota Selatpanjang untuk turut serta memeriahkan perayaan Imlek. Puncak acara
Perayaan Tahun Baru Imlek di Selatpanjang berlangsung pada hari ke-6 bulan
pertama Tahun Baru Imlek yang biasanya disebut Cue Lak Bahasa
Hokkien,tetapi kemeriahannya mulai terasa dihari H-7 yaitu seminggu
sebelum jatuhnya perayaan Imlek.
Penyambutan tahun baru imlek di Selatpanjang
di pusatkan di Vihara Sejahtera Sakti. Pada puncak perayaan Imlek, bertepatan
dengan dilangsungkannya upacara ulang tahun dewa 清水祖師 Qing
Shui Zu Shi[37].
Pada momen ini, warga Tionghoa menyakini bahwa sang dewa sedang turun
ke bumi dengan maksud untuk mengusir unsur-unsur kejahatan dan memberikan
kemakmuran serta ketentraman bagi warga kota Selatpanjang. Untuk itu diadakan
penyambutan khusus dengan menggotong tandu patung dewa dan diarak berkeliling
kota melewati beberapa kelenteng lain disertai atraksi tarian liong (naga), dan barongsai (singa) yang diiringi seni budaya
Jawa, Reog
Ponorogo. Perayaan Cue Lak tersebut juga dihadiri oleh para tetua
atau orang yang terpilih dan dirasuki oleh roh para dewa yang biasa disebut
Thangkie, yaitu dimana raga atau tubuh orang tersebut dijadikan alat komunikasi
atau perantara roh dewa. Budaya ini memiliki kesamaan dengan masyarakat Singkawang (Kalimantan
Barat) yang biasa dikenal dengan Tatung.
Kelenteng Hoo Ann Kiong/Vihara Sejahtera Sakti Selatpanjang
Kelenteng Hoo Ann Kiong (lebih dikenal luas
sebagai Vihara Sejahtera Sakti/Tua Pek Kong Bio (Bahasa
Hokkien) adalah kelenteng tertua yang ada di Selatpanjang, dan juga
merupakan Kelenteng Tertua di Provinsi Riau. Kelenteng ini didirikan pada masa
kolonial Belanda dan sampai hari ini belum diketahui dengan pasti kapan
berdirinya. Sejarawan memprediksi kelenteng ini berumur lebih dari 150 tahun,
setelah dilihat dari relief arsitektur bangunannya. Kelenteng ini sangat
dikenal luas oleh masyarakat Selatpanjang maupun masyarakat luar negeri
terutama bagi wisatawan Singapura dan Malaysia sebagai tempat ibadah umat Buddha, maupun Konghucu.
Mesjid Raya Pekanbaru[sunting | sunting sumber]
Mesjid Raya dan Makan Marhum Bukit serta
Makam Marhum Pekan. Mesjid Raya Pekanbaru terletak di Kecamatan Senapelan
memiliki arsitektur tradisional yang amat menarik dan merupakan mesjid tertua
di Kota Pekanbaru. Mesjid ini dibangun pada abad 18 dan sebagai bukti Kerajaan
Siak pernah berdiri di kota ini pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil
Muazzam Syah dan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah sebagai sultan
keempat dan kelima dari Kerajaan Siak Sri Indrapura. Di areal Mesjid terdapat
sumur mempunyai nilai magis untuk membayar zakat atau nazar yang dihajatkan
sebelumnya. Masih dalam areal kompleks mesjid kita dapat mengunjungi makam
Sultan Marhum Bukit dan Marhum Pekan sebagai pendiri kota Pekanbaru. Marhum
Bukit adalah Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (Sultan Siak ke-4) memerintah
tahun 1766 – 1780, sedangkan Marhum Bukit sekitar tahun 1775 memindahkan
ibukota kerajaan dari Mempura Siak ke Senapelan dan beliau mangkat tahun 1780.
Istana Siak Sri Indrapura
Kerajaan Siak adalah sebuah kerajaan Melayu Islam yang terbesar di Riau. Mencapai masa kejayaannya pada abad ke-16 sampai abad ke-20. Dalam silsilah, sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura dimulai pada tahun 1725 dengan 12 sultan yang pernah bertahta. Kini sebagai bukti sejarah atas kebesaran kerajaan Melayu Islam tersebut, dapat kita lihat peninggalan kerajaan berupa kompleks Istana Kerajaan Siak yang dibangun oleh Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1889 dengan nama Assirayatul Hasyimah, lengkap dengan peralatan kerajaan. Sekarang Istana Kerajaan Siak Sri Indrapura dijadikan tempat penyimpanan benda-benda koleksi kerajaan antara lain : kursi singgasana kerajaan yang berbalut emas, duplikat mahkota Kerajaan, brankas Kerajaan, payung Kerajaan, tombak Kerajaan, komet sebagai barang langka dan menurut cerita hanya ada dua di dunia, serta barang-barang lain-lainnya. Di samping istana kerajaan terdapat pula istana peraduan
Wisata Bahari di Kabupaten Siak yaitu Danau
Pulau Besar yang terletak di Desa Zamrud, Kecamatan Siak Sri Indrapura. Danau
ini memiliki luas sekitar 28.000 Ha, dan Danau Naga di Sungai Apit. Danau Bawah
dan Danau Pulau Besar terletak dekat lapangan minyak Zamrud, Kecamatan Siak.
Memiliki panorama indah yang mengagumkan dan menarik. Di sekitar danau masih
ditemukan hutan yang masih asli. Kondisi danau maupun hutan di sekitar danau
berstatus Suaka Marga Satwa yang luasnya mencapai 2.500 hektar, dimana masih
terdapat berbagai aneka jenis satwa dan tumbuhan langka. Sumber daya hayati
yang terdapat di danau ini seperti pinang merah, ikan arwana dan ikan Balido
yang termasuk dilindungi. Keanekaragaman jenis satwa liar di Suaka Marga Satwa
danau Pulau Besar dan danau Bawah merupakan kekayaan tersendiri sebagai objek
wisata tirta di Riau Daratan.
Wisata
Religi, Budaya dan Sejarah[sunting | sunting sumber]
Provinsi Riau memiliki berbagai wisata
religi, budaya maupun sejarah. Beberapa wisata religi, budaya, dan sejarah yang
terkenal dari daerah Riau di antaranya :
Upacara Bakar Tongkang di Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir
Upacara Bakar Tongkang yang merupakan upacara
tradisional masyarakat Tionghoa berlokasi di Bagansiapiapi adalah wisata budaya unggulan Provinsi
Riau dari Kabupaten
Rokan Hilir (Rohil)
dan telah menjadi wisata nasional bahkan terkenal hingga internasional.
Perayaan Imlek di Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti
Acara Perayaan Imlek memang sudah menjadi
bagian dari tradisi di Kota Selatpanjang. Hampir setiap tahun perayaan Imlek di
kota ini dirayakan sangat meriah bahkan juga termasuk Perayaan Imlek yang
paling meriah di kawasan Provinsi Riau. Apalagi pemerintah daerah Kabupaten
Kepulauan Meranti juga sudah menjadikan ivent perayaan Imlek sebagai salah satu
aset wisata tahunan yang masuk kedalam Kalender Wisata Riau. Puluhan ribu orang
baik dari dalam maupun luar Selatpanjang, bahkan wisatawan dari luar negeri
seperti Singapura, Malaysia, Hongkong, China, Taiwan, akan membanjiri
Kota Selatpanjang untuk turut serta memeriahkan perayaan Imlek. Puncak acara
Perayaan Tahun Baru Imlek di Selatpanjang berlangsung pada hari ke-6 bulan
pertama Tahun Baru Imlek yang biasanya disebut Cue Lak Bahasa
Hokkien,tetapi kemeriahannya mulai terasa dihari H-7 yaitu seminggu
sebelum jatuhnya perayaan Imlek.
Penyambutan tahun baru imlek di Selatpanjang
di pusatkan di Vihara Sejahtera Sakti. Pada puncak perayaan Imlek, bertepatan
dengan dilangsungkannya upacara ulang tahun dewa 清水祖師 Qing
Shui Zu Shi[37].
Pada momen ini, warga Tionghoa menyakini bahwa sang dewa sedang turun
ke bumi dengan maksud untuk mengusir unsur-unsur kejahatan dan memberikan
kemakmuran serta ketentraman bagi warga kota Selatpanjang. Untuk itu diadakan
penyambutan khusus dengan menggotong tandu patung dewa dan diarak berkeliling
kota melewati beberapa kelenteng lain disertai atraksi tarian liong (naga), dan barongsai (singa) yang diiringi seni budaya
Jawa, Reog
Ponorogo. Perayaan Cue Lak tersebut juga dihadiri oleh para tetua
atau orang yang terpilih dan dirasuki oleh roh para dewa yang biasa disebut
Thangkie, yaitu dimana raga atau tubuh orang tersebut dijadikan alat komunikasi
atau perantara roh dewa. Budaya ini memiliki kesamaan dengan masyarakat Singkawang (Kalimantan
Barat) yang biasa dikenal dengan Tatung.
Kelenteng Hoo Ann Kiong/Vihara Sejahtera Sakti Selatpanjang
Kelenteng Hoo Ann Kiong (lebih dikenal luas
sebagai Vihara Sejahtera Sakti/Tua Pek Kong Bio (Bahasa
Hokkien) adalah kelenteng tertua yang ada di Selatpanjang, dan juga
merupakan Kelenteng Tertua di Provinsi Riau. Kelenteng ini didirikan pada masa
kolonial Belanda dan sampai hari ini belum diketahui dengan pasti kapan
berdirinya. Sejarawan memprediksi kelenteng ini berumur lebih dari 150 tahun,
setelah dilihat dari relief arsitektur bangunannya. Kelenteng ini sangat
dikenal luas oleh masyarakat Selatpanjang maupun masyarakat luar negeri
terutama bagi wisatawan Singapura dan Malaysia sebagai tempat ibadah umat Buddha, maupun Konghucu.
Mesjid Raya Pekanbaru
Mesjid Raya dan Makan Marhum Bukit serta
Makam Marhum Pekan. Mesjid Raya Pekanbaru terletak di Kecamatan Senapelan
memiliki arsitektur tradisional yang amat menarik dan merupakan mesjid tertua
di Kota Pekanbaru. Mesjid ini dibangun pada abad 18 dan sebagai bukti Kerajaan
Siak pernah berdiri di kota ini pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil
Muazzam Syah dan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah sebagai sultan
keempat dan kelima dari Kerajaan Siak Sri Indrapura. Di areal Mesjid terdapat
sumur mempunyai nilai magis untuk membayar zakat atau nazar yang dihajatkan
sebelumnya. Masih dalam areal kompleks mesjid kita dapat mengunjungi makam
Sultan Marhum Bukit dan Marhum Pekan sebagai pendiri kota Pekanbaru. Marhum
Bukit adalah Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (Sultan Siak ke-4) memerintah
tahun 1766 – 1780, sedangkan Marhum Bukit sekitar tahun 1775 memindahkan
ibukota kerajaan dari Mempura Siak ke Senapelan dan beliau mangkat tahun 1780.
Istana Siak Sri Indrapura
Kerajaan Siak adalah sebuah kerajaan Melayu
Islam yang terbesar di Riau. Mencapai masa kejayaannya pada abad ke-16 sampai
abad ke-20. Dalam silsilah, sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura dimulai pada
tahun 1725 dengan 12 sultan yang pernah bertahta. Kini sebagai bukti sejarah
atas kebesaran kerajaan Melayu Islam tersebut, dapat kita lihat peninggalan
kerajaan berupa kompleks Istana Kerajaan Siak yang dibangun oleh Sultan
Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1889 dengan nama
Assirayatul Hasyimah, lengkap dengan peralatan kerajaan. Sekarang Istana
Kerajaan Siak Sri Indrapura dijadikan tempat penyimpanan benda-benda koleksi
kerajaan antara lain : kursi singgasana kerajaan yang berbalut emas,
duplikat mahkota Kerajaan, brankas Kerajaan, payung Kerajaan, tombak Kerajaan,
komet sebagai barang langka dan menurut cerita hanya ada dua di dunia, serta
barang-barang lain-lainnya. Di samping istana kerajaan terdapat pula istana
peraduan.
0 komentar:
Posting Komentar