Hari-hari
ku sangatlah berat. Aku dilahirkan oleh kedua orang tua yang memiliki
penghasilan yang rendah. Mereka bekerja sebagai buruh kasar dipasar yang tak
jauh dari rumahku. Mereka berangkat pukul 4 subuh dan pulang pukul 5 sore untuk
mencari sesuap nasi. Dingin yang menusuk kulit tak mereka hiraukan dan panas
yang begitu membakar tubuhnya mereka lawan hanya untuk menghidupi ku yang tak
bisa apa-apa ini. sepulangnya mereka begitu menutupi kelelahannya didepanku
agar aku tak begitu menghkawatirkannya.
Setiap
ingin berangkat kesekolah aku sudah ditinggalkan oleh kedua orangtua. Mereka pergi
berangkat bekerja dan meninggalkan sarapan untukku. Aku berangkat kesekolah
dengan berjalan kaki dan selalu melewati pasar tempat ibu dan ayanhku bekerja.
Seringkali aku melihatnya penuh dengan rasa tak tega melihat mereka menggakut
berkarung-karung beras dan lalu hanya diberi uang beberapa rupiah saja. Hati
ini terasa mereis melihatnya. Disaat itulah aku berfikir aku tidak bisa bekerja
untuk usia ku yang masih remaja ini, tapi aku hanya bisa membahagiakan
orangtuaku dengan prestasi di sekolah, aku harus bisa membangakan kedua orangtuaku.
Saat disekolah aku sering dioloko-olokkan tema-teman sebagai bahan ejekan yang
membuat hatiku ingin memanas. Tetapi ada juga teman-temanku yang menyemangatiku
agar dapat tegar dari ejekan-ejekan itu.
Aku adalah siswi kelas 3 sma disalah satu
sekolah ternama di Jakarta. Aku merupakan siswa yang berprestasi disekolah dan
aku juga mendapatkan beasiswa dari pemerintah. Prestasi yang ku dapat untuk
membanggakan sekolahku sering diberi upah oleh pihak sekolah. Dan uang tersebut
aku tabungkan untuk aku kuliah.Setelah aku lulus dari sekolahku dengan nilai
yang memuaskan bagiku dan juga membanggakan kedua orangtua ku. Aku akan
melanjutkan pendidikanku di salah satu universitas tekemukan di Jakarta. Saat
itu aku orangtua ku berfikir untuk mencari uang yang lebih dimana lagi untuk
mengekolahkan aku. Aku pun sempat merasa terbebani. Aku pernah bilang kepada
kedua orangtuaku untuk jangan teralau memaksakan dirinya. Tetapi ayah dan ibu
ku menolaknya. Mereka ingin agar aku nanti tidak seperti mereka yang hanya
bekerja sebagai buruh kasar dan hanya mendapatkan upah yang kecil.
Ketika
aku mendengarkan harapan dari mereka aku langsung bersemangat untuk melanjutkan
sekolahku. Aku mendaftar bersama teman-temanku. Pada saat mendaftar dan mengisi
formulir pendartaran disana terdapat tulisan pekerjaan orangtua. Aku sempat
terpaku melihat formulir itu cukup lama dan teman disebelah ku bertanya
kepadaku “kenapa? Kok lama sekali mengisi formulirnya? Tuh belum ditulis
pekerjaan orangtua, kenapa? Malu ya?”tanyanya meledek. “aku tidak malu justu
aku bangga kepada mereka bahwa orangtuaku yang hanya seorang buruh kasar di
pasar bisa mengekolahkan aku disini, sama seperti kalian yang orangtuanya
memiliki segalanya” jawabku dengan lantang . Mereka terdiam seketika.
Setelah
aku lulus kuliah dan telah mendapatkan ijazah. Akhirnya perjuangan kedua
orangtuaku tak sia-sia. Sekarang aku telah bekerja di salah satu perusahaan
ternama di Jakarta dan mendapatkan posisi yang tinggi. Aku sangat bangga dan
puas atas apa yang aku capai saat ini. Dan berkat doa, perjuangan dari orangtuaku
lah aku dapat meraih sukses seperti sekarang ini. “ibu, ayah apa yang aku
berikan tidak akan cukup membalas semua yang telah ibu dan ayah berikan selama
ini kepadaku terima kasih bu terima kasih yah, aku sayang ibu dan ayah sampai
akhir hayatku”.
0 komentar:
Posting Komentar