Secara teratur, sebelum masa NKRI pertumbuhan Kota Palembang dapat dibagi
menjadi beberapa fase utama:
Merupakan zaman kegelapan, karena mengingat Palembang telah ada jauh
sebelum bala tentara Sriwijaya membangun sebuah kota dan penduduk asli daerah
ini seperti yang tertulis pada manuskrip lama di hulu Sungai Musi merupakan
penduduk dari daerah hulu Sungai Komering.
2. Fase Sriwijaya Raya,
Palembang menjadi pusat dari kerajaan yang membentang mulai dari barat
pulau jawa, sepanjang pulau sumatera, semenanjung malaka, bagian barat
kalimantan sampai ke indochina. Runtuhnya Sriwijaya sendiri utamanya karena
penyerbuan bangsa-bangsa pelaut ‘yang tidak terdefinisikan’, sebagian
sejarahwan mengatakan bahwa mereka adalah pasukan barbar laut dari Srilanka
(Ceylon). Akibat hancurnya kekuatan maritim mereka, Sriwijaya menjadi lemah dan
persekutuan daerah-daerah kekuasaanya terlepas dan ketika datangnya Ekspedisi
Pamalayu dari Jawa (majapahit) ke jambi dalam melakukan isolasi kepada
Palembang, untuk mencegah Sriwijaya bangkit kembali.
Di sekitar Palembang dan sekitarnya kemudian bermunculan
kekuatan-kekuatan lokal seperti Panglima Bagus Kuning di hilir Sungai Musi, Si
Gentar Alam di daerah Perbukitan, Tuan Bosai dan Junjungan Kuat di daerah hulu
Sungai Komering, Panglima Gumay di sepanjang Bukit Barisan dan sebagainya. Pada
fase inilah Parameswara yang mendirikan Tumasik (Singapura) dan Kerajaan Malaka
hidup, dan pada fase inilah juga terjadi kontak fisik secara langsung dengan
para pengembara dari Arab dan Gujarat.
Hancurnya Majapahit di Jawa secara tidak langsung memberikan andil pada
kekuatan lama hasil dari Ekspedisi Pamalayu di Sumatera. Beberapa tokoh penting
di balik hancurnya Majapahit seperti Raden Patah, Ario Dillah (Ario Damar) dan
Pati Unus merupakan tokoh-tokoh yang erat kaitanya dengan Palembang. Setelah
Kesultanan Demak yang merupakan 'pengganti' dari Majapahit di Jawa berdiri, di
Palembang tak lama kemudian berdiri pula 'Kesultanan Palembang Darussalam'
dengan 'Susuhunan Abddurrahaman Khalifatul Mukmiminin Sayyidul Iman' sebagai
raja pertamanya. Kerajaan ini mengawinkan dua kebudayaan, maritim peninggalan
dari Sriwijaya dan agraris dari Majapahit dan menjadi pusat perdagangan yang
paling besar di Semenanjung Malaka pada masanya. Salah satu raja yang paling
terkenal pada masa ini adalah Sultan Mahmud Badaruddin II yang sempat menang
tiga kali pada pertempuran melawan Eropa (Belanda dan Inggris).
Setelah jatuhnya Kesultanan Palembang Darussalam pasca kalahnya Sultan
Mahmud Badaruddin II pada pertempuran yang keempat melawan Belanda yang pada
saat ini turun dengan kekuatan besar pimpinan Jendral de Kock, maka Palembang nyaris menjadi kerajaan bawahan. Beberapa Sultan
setelah Sultan Mahmud Badaruddin II yang menyatakan menyerah kepada Belanda
berusaha untuk memberontak tetapi kesemuanya gagal dan berakhir dengan
pembumihangusan bangunan kesultanan untuk menghilangkan simbol-simbol
kesultanan. Setelah itu Palembang dibagi menjadi dua keresidenan besar, dan
pemukiman di Palembang dibagi menjadi daerah Ilir dan Ulu
Penduduk Palembang merupakan cabang dari masyarakat melayu, dan
menggunakan bahasa melayu sebagai bahasa sehari-hari, namun para pendatang
daerah seringkali menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa sehari-hari,
seperti bahasa komering, rawas, lahat, dsb. Pendatang dari luar Sumatera
Selatan terkadang juga menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa sehari-hari
dalam keluarga atau komunitas kedaerahan, seperti pendatang dari Pulau Jawa dan
daerah-daerah lain di Indonesia. Namun untuk berkomunikasi dengan warga
Palembang lain, penduduk umumnya menggunakan Bahasa Palembang sebagai bahasa
pengantar sehari-hari. Selain penduduk Palembang asli, di Palembang terdapat
pula warga pendatang dan warga keturunan, warga pendatang seperti dari Pulau
Jawa, Madura, Sulawesi (Makassar dan Manado), Papua, Wilayah Sumatera Lainnya.
Warga Keturunan terutama Tionghoa, Arab dan India.
t1'>pempek Palembang,tekwan, model, celimpungan, kue maksuba, kue 8 jam,kue
engkak, laksan, burgo, dll. Makanan seperti pempek atau tekwan mengesankan
"Chinese" taste masyarakat Palembang.
Palembang merupakan kota tertua di Indonesia, hal ini didasarkan pada
prasasti Kedukan Bukit yang diketemukan di Bukit Siguntang, sebelah barat Kota
Palembang, yang menyatakan pembentukan sebuah wanua yang ditafsirkan sebagai
kota yang merupakan ibukota Kerajaan Sriwijaya pada tanggal 16 Juni 683 Masehi. Maka tanggal tersebut dijadikan patokan hari lahir Kota
Palembang.
Kota Palembang juga dipercayai oleh masyarakat melayu sebagai tanah leluhurnya.
Karena di kota inilah tempat turunnya cikal bakal raja Melayu pertama yaituParameswara yang turun dari Bukit Siguntang. Kemudian Parameswa meninggalkan
Palembang bersama Sang Nila Utama pergi ke Tumasik dan diberinyalah nama Singapurakepada Tumasik. Sewaktu pasukan Majapahit dari Jawa akan menyerang
Singapura, Parameswara bersama pengikutnya pindah ke Malaka disemenanjung
Malaysia dan mendirikan Kerajaan Malaka. Beberapa keturunannya juga membuka negeri baru di daerah Pattani dan
Narathiwat (sekarang wilayah Thailand bagian selatan). Setelah terjadinya
kontak dengan para pedagang dan orang-orang Gujarat dan Persia di Malaka, maka
Parameswara masuk agama Islam dan mengganti namanya menjadi Sultan
Iskandar Shah.
0 komentar:
Posting Komentar