Afrika Selatan
merupakan salah satu negara tertua di benua Afrika. Banyak suku telah menjadi
penghuninya termasuk suku Khoi, Bushmen, Xhosa dan Zulu. PenjelajahBelanda yang dikenal sebagai Afrikaner tiba disana pada 1652.[1] Pada saat itu Inggris juga berminat
dengan negara ini, terutama setelah penemuan cadangan berlian yang
melimpah. Hal ini menyebabkan Perang Britania-Belanda dan
dua Perang Boer. Pada 1910, empat republik utama
digabung di bawah Kesatuan Afrika Selatan. Pada 1931, Afrika Selatan menjadi
jajahan Britania sepenuhnya.[2]
Walaupun negara ini berada di bawah
jajahan Britania, mereka terpaksa berbagi kuasa dengan pihak Afrikaner.
Pembagian kuasa ini telah berlanjut hingga tahun 1940-an, saat partai pro-Afrikaner yaitu Partai
Nasional (NP)
memperoleh mayoritas di parlemen. Strategi-strategi partai tersebut telah menciptakan
dasar apartheid (yang
disahkan pada tahun 1948), suatu cara untuk mengawal sistem ekonomi dan sosial
negara dengan dominasi kulit putih dan diskriminasi ras. Namun demikian pemerintahan Britania kerap
kali menggagalkan usaha apartheid yang menyeluruh di Afrika Selatan.
Pada tahun 1961, setelah pemilu khusus
kaum kulit putih, Afrika Selatan dideklarasikan sebagai sebuah republik. Bermula pada 1960-an, 'Grand Apartheid' (apartheid
besar) dilaksanakan, politik ini menekankan pengasingan wilayah dan kezaliman
pihak polisi.
Penindasan kaum kulit hitam terus
berlanjut sehingga akhir abad ke-20. Pada Februari 1990, akibat dorongan dari
bangsa lain dan tentangan hebat dari berbagai gerakan anti-apartheid khususnya Kongres
Nasional Afrika (ANC),
pemerintahan Partai Nasional di bawah pimpinan Presiden F.W. de Klerk menarik balik larangan terhadap
Kongres Nasional Afrika dan partai-partai politik berhaluan kiri yang lain dan
membebaskan Nelson Mandela dari penjara. Undang-undang apartheid
mulai dihapus secara perlahan-lahan dan pemilutanpa diskriminasi yang pertama diadakan pada tahun
1994. Partai ANC meraih kemenangan yang besar dan Nelson Mandela, dilantik sebagai Presiden
kulit hitam yang pertama di Afrika Selatan. Walaupun kekuasaan sudah berada di
tangan kaum kulit hitam, berjuta-juta penduduknya masih hidup dalam kemiskinan.
Sewaktu Nelson Mandela menjadi presiden negara ini selama 5
tahun, pemerintahannya telah berjanji untuk melaksanakan perubahan terutamanya
dalam isu-isu yang telah diabaikan semasa era apartheid. Beberapa isu-isu yang
ditangani oleh pemerintahan pimpinanANC adalah
seperti pengangguran, wabah AIDS, kekurangan perumahan dan pangan. Pemerintahan Mandela juga mula memperkenalkan kembali
Afrika Selatan kepada ekonomi global setelah beberapa tahun diasingkankan
karena politik apartheid. Di samping itu, dalam usaha mereka untuk menyatukan
rakyat pemerintah juga membuat sebuah komite yang dikenal dengan Truth and Reconciliation Committee (TRC) dibawah pimpinan Uskup Desmond Tutu. Komite ini berperan untuk
memantau badan-badan pemerintah seperti badan polisi agar
masyarakat Afrika Selatan dapat hidup dalam aman dan harmonis.
Presiden Mandela menumpukan seluruh
perhatiannya terhadap perdamaian di tahap nasional, dan mencoba untuk membina
suatu jatidiri untuk Afrika Selatan dalam masyarakat majemuk yang terpisah oleh konflik
yang berlarut-larut selama beberapa dasawarsa. Kemampuan Mandela dalam mencapai
objektifnya jelas terbukti karena selepas 1994 negara ini telah bebas dari
konflik politik. Nelson Mandela meletakkan jabatannya sebagai presiden partai ANC pada Desember 1997, untuk memberi
kesempatan kepada Presiden yang baru yaitu Thabo Mbeki. Mbeki dipilih sebagai
presiden Afrika Selatan selepas memenangi pemilu nasional pada tahun 1999, dan
partainya menang tipis dua pertiga mayoritas di parlemen. Presiden Mbeki telah mengalihkan fokus pemerintahan
dari pendamaian ke perubahan, terutama dari segi ekonomi negara
0 komentar:
Posting Komentar