Pembangunan tanpa kendali di wilayah hilir,
penyimpangan peruntukan lahan kota, dan penurunan tanah akibat eksploitasi air
oleh industri, menyebabkan turunnya kapasitas penyaluran air sistem sungai,
yang menyebabkan terjadinya banjir besar di Jakarta.
Tata ruang kota yang sering berubah-ubah,
menyebabkan polusi udara dan banjir sulit dikendalikan. Walaupun pemerintah
telah menetapkan wilayah selatan Jakarta sebagai daerah resapan air, namun
ketentuan tersebut sering dilanggar dengan terus dibangunnya perumahan serta
pusat bisnis baru. Beberapa wilayah yang diperuntukkan untuk permukiman, banyak
yang beralih fungsi menjadi tempat komersial.
Untuk memperbaiki keadaan, Jakarta membangun
dua banjir kanal, yaitu Banjir Kanal Timur dan Banjir Kanal Barat. Banjir Kanal
Timur mengalihkan air dari kali Cipinang ke arah timur, melalui daerah Pondok
Bambu, Pondok Kopi, Cakung, sampai Cilincing. Sedangkan Banjir Kanal Barat yang
telah dibangun sejak zaman kolonial Belanda,
mengaliri air melalui Karet, Tanahabang, sampai Angke. Selain itu Jakarta juga
memiliki dua drainase, yaitu Cakung Drain dan Cengkareng Drain.
0 komentar:
Posting Komentar