Jakarta merupakan kota dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Saat ini, lebih dari 70% uang negara
beredar di Jakarta.[17] Perekonomian Jakarta
terutama ditunjang oleh sektor perdagangan, jasa, properti, industri kreatif,
dan keuangan. Beberapa sentra perdagangan di Jakarta yang menjadi tempat
perputaran uang cukup besar adalah kawasan Tanah Abang dan Glodok. Kedua
kawasan ini masing-masing menjadi pusat perdagangan tekstil serta barang-barang
elektronik, dengan sirkulasi ke seluruh Indonesia. Bahkan untuk barang tekstil
dari Tanah Abang, banyak pula yang menjadi komoditi ekspor. Sedangkan untuk
sektor keuangan, yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap perekonomian
Jakarta adalah industri perbankan dan pasar modal. Untuk industri pasar modal,
pada bulan Mei 2013 Bursa Efek Indonesia tercatat sebagai bursa yang memberikan
keuntungan terbesar, setelah Bursa Efek Tokyo.[18] Pada bulan yang
sama, kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia telah mencapai USD 510,98 miliar
atau nomor dua tertinggi di kawasan ASEAN.[19]
Pada tahun 2012, pendapatan per kapita
masyarakat Jakarta sebesar Rp 110,46 juta per tahun (USD 12,270).[20] Sedangkan untuk
kalangan menengah atas dengan penghasilan Rp 240,62 juta per tahun (USD
26,735), mencapai 20% dari jumlah penduduk. Di sini juga bermukim lebih dari
separuh orang-orang kaya di Indonesia dengan penghasilan minimal USD 100,000
per tahun. Kekayaan mereka terutama ditopang oleh kenaikan harga saham serta
properti yang cukup signifikan. Saat ini Jakarta merupakan kota dengan tingkat
pertumbuhan harga properti mewah yang tertinggi di dunia, yakni mencapai 38,1%.[21] Selain hunian
mewah, pertumbuhan properti Jakarta juga ditopang oleh penjualan dan penyewaan
ruang kantor. Pada periode 2009-2012, pembangunan gedung-gedung pencakar langit
(di atas 150 meter) di Jakarta mencapai 87,5%. Hal ini telah menempatkan
Jakarta sebagai salah satu kota dengan pertumbuhan pencakar langit tercepat di
dunia.[22] Pada tahun 2020,
diperkirakan jumlah pencakar langit di Jakarta akan mencapai 250 unit. Dan pada
saat itu Jakarta telah memiliki gedung tertinggi di Asia Tenggara dengan
ketinggian mencapai 638 meter (The Signature Tower).
0 komentar:
Posting Komentar